1.1 Definisi dan Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai
planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses
yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam
Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta
hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan
suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini
mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.
Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi
mulai dari perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke
bahan energinya, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan hampir setiap
bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu berupa
pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat
yang dibangun diatas permukaan bumi,
maupun untuk memenuhi kebutuhannya seperti bahan-bahan tambang maupun energi
seperti migas dan batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam bumi.
Kaitannya yang sangat erat dengan bidang-bidang kerekayasaan tersebut seperti
Teknik Sipil, Pertambangan, Pengembangan Wilayah dan Tata Kota serta
Lingkungan, menyebabkan ilmu ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh
mereka yang akan memperdalam bidang geologi sebagai profesinya, tetapi juga
bagi lainnya yang bidang profesinya
mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.
Seorang ahli geologi mempunyai tugas disamping melakukan
penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan
bahan-bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti
gempa-bumi dan meletusnya gunungapi, juga mencari dan mencoba menemukan
bahan-bahan yang kita butuhkan yang diambil dari dalam bumi seperti bahan
tambang dan minyak dan gas bumi. Dengan semakin berkembangnya penghuni bumi,
dimana sebelumnya pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang
ini pengembangan wilayah harus memperhatikan dukungan terhadap lingkungan yang
ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar pembangunannya tidak merusak
keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang ahli geologi disamping apa yang
diuraikan diatas, juga mempelajari sifat-sifat bencana alam, seperti banjir,
longsor, gempa-bumi dll; meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya.
Karena luasnya bidang-bidang yang dicakup, maka Geologi
lazimnya dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi
Dinamis. Geologi Fisik atau Physical Geology, adalah suatu studi yang
mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan
yang membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang
melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir,
serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi
Matahari dan tarikan gayaberat bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat
dijabarkan sebagai pelapukan, pengikisan, pemindahan dan pengendapan.
Dalam skema dibawah ini diperlihatkan hubungan yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi antara Litosfir yang merupakan bagian
paling luar dari Bumi yang bersifat padat, dengan Atmosfir (udara) dan
Hidrosfir (selaput air), yang kemudian menciptakan Biosfir yang merupakan
bagian dari Bumi dimana terdapat interaksi antara ketiganya dan kehidupan di
Bumi. Interaksi ini menyebabkan sifat bumi yang dinamis.
Gambar
1.1 Interaksi antara Litosfir, Hidrosfir, Biosfir dan Atmosfir
Kedalam Biosfir itu termasuk semua jenis kehidupan
yang ada di Bumi. Dan semuanya itu terkumpul dalam lapisan atau zona yang
dimulai dari dasar samudra keatas dan menembus hingga beberapa kilometer
kedalam Atmosfir. Kemudian tepat dibawah Atmosfir dan samudra
terdapat bagian yang keras dari bumi yang disebut Litosfir.
Disisi lain, Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi
yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini
berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh
gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti
kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya
arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan
pegunungan. Dalam perioda abad ke 20, bagian dari ilmu geologi ini dapat
dikatakan sedang berada dalam puncak perkembangannya yang semakin mempesona
bagi para pakar ilmu kebumian, yaitu dengan dicetuskannya Konsep Tektonik
Global Yang Baru (The New Global Tectonic)
dengan Teori Tektonik Lempengnya. Teori ini telah menimbulkan suatu
revolusi dalam pemikiran-pemikirannya dan telah banyak mempengaruhi
cabang-cabang lainnya dari ilmu geologi seperti petrologi, stratigrafi, geologi
struktur, tektonik serta implikasinya terhadap pembentukan cebakan mineral,
minyak bumi dan sebagainya.
1.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Geologi
Pada awalnya, orang tertarik untuk mempelajari geologi hanya
karena didorong oleh rasa keingin tahuan terhadap apa yang dilihat dan
dirasakan disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan dengan tersiratnya
konsep-konsep terjadinya bumi di hampir semua budaya kuno dan dalam ajaran-ajaran agamanya.
Proses-proses alam yang menakjubkan, seperti meletusnya gunung-api yang mengeluarkan
bahan-bahan pijar dari dalam perut bumi, goncangan bumi yang menghancurkan
segala yang ada dimuka bumi dsb, telah
mendorong orang-orang untuk
mencari jawabannya.
Ilmu Geologi itu sendiri sebenarnya dapat dikatakan baru
dimulai pada sekitar tahun 500 hingga 300 tahun sebelum Masehi, yang didasarkan
kepada fakta-fakta yang disusul dengan pemikiran-pemikiran dan
pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh pakar-pakar filsafat Yunani dan geologi
sejak itu berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan tentang Bumi. Dengan semakin
majunya peradaban dimana banyak benda-benda kebutuhan manusia dibuat yang
memerlukan bahan-bahan tambang seperti besi, tembaga, emas dan perak, kemudian
juga batubara dan minyak bumi sebagai sumber energi, dan karena mereka ini
harus diambil dari dalam bumi, maka Ilmu Geologi kemudian berkembang sebagai
ilmu terapan, yang dalam hal ini berfungsi sebagai penuntun penting didalam
eksplorasi. Disamping itu geologi di jaman modern juga ternyata berkembang
sebagai ilmu terapan didalam pembangunan teknik sipil dan pengembangan wilayah.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terhadap bangunan-bangunan teknik sipil
seperti waduk, bendung, terowongan, jembatan, jalan dan sebagainya, memerlukan
data geologi, karena mereka ini harus dibangun diatas permukaan bumi.
Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti
dengan penyediaan sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak
didaerah-daerah yang mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang
sudah meluas kewilayah-wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi
yang lebih lengkap dan teliti didalam pembangunannya. Air yang merupakan salah satu unsur daripada
bumi, menjadi kebutuhan kehidupan yang
sangat vital baik untuk rumah
tangga, pertanian maupun sebagai energi pembangkit listrik yang harus
disediakan. Akhir-akhir ini masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin
mencuat ke permukaan, baik yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun
yang disebabkan karena ulah manusia didalam membangun sarana dan memenuhi
kebutuhan hidupnya, seperti penggalian-penggalian bahan tambang dan bangunan,
pengambilan air tanah, sumberdaya energi seperti batubara dan minyak-bumi dsb.
yang dilakukan tanpa dilandasi oleh perhitungan keadaan geologi setempat.
Pengetahuan geologi dalam hal ini menjadi penting didalam upaya untuk mencegah
dan menanggulangi terjadinya bencana lingkungan.
Karena luasnya cakupan ilmu geologi, maka dalam buku ini akan
dibahas tentang pengetahuan dasar ilmu geologi, termasuk didalamnya adalah uraian
tentang pengertian ilmu geologi, arti waktu dalam geologi serta konsep-konsep
dan hukum-hukum dalam ilmu geologi. Disamping itu dalam buku ini dibahas juga
tentang sejarah ilmu geologi dan kedudukannya didalam Alam Semesta dan Tata
Surya, bahan-bahan yang membentuk bumi serta proses-proses yang bekerja diatas
permukaan yang bertanggungjawab terhadap perubahan-perubahan pada rupa (wajah)
permukaan Bumi, pengenalan mengenai mineral dan batuan sebagai bagian yang
menyusun kerak bumi, pengetahuan tentang pengindraan jauh dalam ilmu geologi, geologi
struktur, stratigrafi, sejarah geologi, fosil, paleogeografi bumi, dan peta
geologi.
1.3 Arti
Waktu Dalam Geologi
Sebagai landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi
adalah bahwasanya kita harus menganggap bumi ini sebagai suatu benda yang
secara dinamis berubah sepanjang masa, setiap saat dan setiap detik. Dalam
gambaran seperti itu maka salah satu segi yang khas dalam geologi dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lainnya adalah yang menyangkut masalah “waktu”.
Salah satu pertanyaan yang timbul
yang berhubungan dengan masalah waktu itu, adalah: Apakah
kejadian-kejadian seperti proses-proses alam yang dapat kita amati sekarang
ini, seperti mengalirnya air di permukaan, gelombang yang memecah di pantai,
sungai yang mengalir sambil mengikis dan mengendapkan bebannya dll, juga
berlangsung dimasa-masa lampau selama bumi ini berkembang? Pertanyaan tersebut
kemudian dijawab oleh James Hutton, seorang ilmuwan alam, yang oleh banyak
ilmuwan-ilmuwan dianggap sebagai bapak dari ilmu geologi modern, yang pada
tahun 1785 untuk pertama kalinya mengeluarkan suatu pernyataan yang sekarang
ini dikenal sebagai “doctrine of
unifornitarianism”.
Pencetus geologi modern ini yang kemudian dikenal sebagai
“Huttonian revolution”, mengemukakan pemikiran-pemikirannya sebagai berikut:
(1) Bahwasanya proses-proses alam yang sekarang ini menyebabkan perubahan pada
permukaan bumi, juga telah bekerja sepanjang umur dari bumi ini. Dengan
perkataan lain, apa yang kita lihat, kita amati yang terjadi di bumi sekarang
ini, juga berlangsung dimasa lampau. (2) Ia juga mengamati bahwa proses-proses
tersebut yang walaupun bekerja sangat lambat, tetapi pada akhirnya mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang
sangat besar pada bumi. Ini berarti bahwa untuk itu diperlukan waktu yang
sangat lama; yang kemudian disimpulkan bahwa umur bumi ini sangat tua. (3)
Bahwa bumi ini sangat dinamis, yang berarti mengalami perubahan-perubahan
yang terus-menerus mengikuti suatu pola
daur (siklus) yang berulang-ulang.
Hutton, yang berkebangsaan Skotlandia ini hidup antara tahun 1726 dan 1797. Pada jaman
itu tentu saja tidak semua ilmuwan dapat menerima pemikirannya yang begitu maju
pada saat itu. Diantaranya adalah sekelompok ilmuwan yang meyakini adanya
kejadian-kejadian yang bersifat malapetaka, seperti cerita Nabi Nuh, yang
menyebutkan terjadinya peristiwa penenggelaman daratan yang tiba-tiba. Kelompok
ini dikenal sebagai penganut katastropisma, yaitu yang mempercayai adanya
peristiwa-peristiwa yang tiba-tiba yang berupa malapetaka yang menghancurkan.
Artinya kejadian-kejadian di bumi ini tidak berlangsung secara perlahan dan
menerus, tetapi berubah secara tiba-tiba melalui penghancuran yang berlangsung
sangat cepat. Pola pemikiran ini didasarkan kepada kejadian-kejadian seperti
meletusnya gunungapi yang merupakan malapetaka yang berlangsung dalam sekejap
dan tiba-tiba; kemudian gempa bumi, tanah longsor dsb. Dalam gambaran pikiran
mereka, bentuk-bentuk bentang alam seperti gunung-gunung yang menjulang tinggi,
dianggapnya sebagai hasil dari suatu peristiwa yang bersifat mendadak dan
berlangsung relatif cepat. Hutton menganggap bahwa kejadian-kejadian itu hanya
sebagai bagian kecil saja dari proses
uniformitarianism.
Penerapan yang nyata dari doktrin ini umpamanya adalah:
sisa-sisa atau jejak-jejak binatang seperti koral, cangkang kerang dan lainnya
yang kita jumpai sekarang didalam batuan dipegunungan-pegunungan yang tinggi
(atau didaratan), dapat ditafsirkan sebagai bukti bahwasanya daerah tersebut
pernah mengalami suatu genang laut, atau merupakan dasar lautan, mengingat
binatang-binatang yang terdapat dalam batuan itu serupa dengan yang kini
dijumpai sebagai penghuni lautan. Jadi disinilah arti dari “the present is the
key to the past”.
Gelombang yang memecah dipantai serta air yang mengalir di
sungai di permukaan bumi, kemudian mengendapkan bahan-bahannya di muara seperti
bongkah, kerikil, pasir dan lempung, kemudian lava leleh-pijar yang keluar dan
mengalir dari kepundan gunungapi dan
kemudian mendingin serta membeku membentuk batuan, merupakan jejak-jejak dan
bukti-bukti untuk mengungkapkan bagaimana proses-proses itu bekerja.
Rekaman-rekaman kejadian seperti itu kadang-kadang dapat dilihat dengan begitu
jelas sehingga kita akan mampu membaca dan kemudian menafsirkannya bagaimana
proses itu berlangsung meskipun kejadiannya telah berlalu beberapa juta tahun
yang silam. Dengan melihat kepada
sifat-sifat yang terdapat didalam batuan itu, bahkan kita akan mampu membedakan
mana batupasir yang diendapkan oleh air dan mana yang diendapkan oleh angin.;
mana endapan gletser dan mana endapan sungai atau laut, karena kita dapat
membandingkannya dengan kejadian-kejadian yang sama yang sekarang sedang
berjalan.
Apakah semua peristiwa yang pernah berlangsung dibumi ini
dapat secara sukses dijelaskan dengan doktrin tersebut? Jawabannya adalah
tidak, karena beberapa kejadian, seperti pembentukan bumi ini sendiri,
pembentukan atmosfir dan bagian paling luar dari bumi, litosfir, ternyata hanya
berlangsung satu kali saja dalam sejarah.
Prinsip uniformitarianisma, mungkin hanya berlaku terhadap
kejadian-kejadian yang berlangsung 2/3 dari sejarah perkembangan bumi yang
terakhir. Masalah lainnya yang dihadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip
tersebut untuk menafsirkan kejadian-kejadian dimasa lampau, adalah banyaknya
bukti-bukti yang tidak lengkap yang telah terhapus oleh pengikisan-pengikisan,
atau tertutup oleh endapan-endapan yang terjadi kemudian. Meskipun demikian,
dengan tetap berpegang pada prinsip
tersebut diatas, para ilmuwan kebumian masih tetap mampu untuk menafsirkan
proses-proses yang pernah berlangsung serta mampu menemukan minyak bumi yang
proses pembentukannya telah berlangsung beberapa juta tahun yang silam, bahkan
meramalkan gejala-gejala alam yang mungkin terjadi, sehingga dengan demikian
dapat dicegah terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih hebat sebagai akibat
dari gerak-tanah, gempa bumi, letusan gunung-berapi dan sebagainya. Kesemuanya
ini menyebabkan ilmu geologi semakin menarik untuk dipelajari dan dalam
beberapa kasus bahkan menjadikannya sebagai sesuatu keharusan untuk diketahui.
1.4 Skala Waktu Geologi
Pada dasarnya bumi secara konstan
berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas permukaan bumi yang
benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin
dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk mempelajari bumi maka
dimensi “waktu” menjadi sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah
bumi juga menjadi
hal yang sangat penting pula.
Ketika kita berbicara tentang
catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun,
atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi apabila kita berbicara tentang
sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun atau milyaran
tahun. Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
sehari-hari. Catatan waktu biasanya disimpan dalam suatu penanggalan (kalender)
yang pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi
berputar pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal dengan satu hari, dan setiap
sekali bumi mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.
Sama halnya dengan perhitungan
waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam mempelajari sejarah bumi juga dipakai
suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama “Skala Waktu Geologi”. Skala
Waktu Geologi berbeda dengan penanggalan yang kita kenal sehari-hari. Skala
waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang tersusun dari
halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku tersebut diwakili oleh batuan.
Beberapa halaman dari buku tersebut kadang kala hilang dan halaman buku tersebut
tidak diberi nomor, namun demikian kita masih dapat membaca buku tersebut
karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita untuk membantu membaca buku
tersebut.
Terdapat 2 skala waktu yang
dipakai untuk mengukur dan menentukan umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu
Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan
batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah
Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan
berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri
(absolut) berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang
diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang geologi.
Gambar 1.2
Kumpulan foto fosil yang menggambarkan keaneka ragaman dari evolusi kehidupan diatas bumi sepanjang 600
juta tahun. Fosil yang tertua berada pada bagian bawah sedangkan fosil termuda
terletak dibagian atas. Ukuran dari setiap interval waktu digambarkan secara
proporsional untuk setiap zaman.
1.4.1. Skala Waktu Relatif
Sudah sejak lama
sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan
skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan pertama
kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi
dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi
kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala).
Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan
tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan
dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang
dan kata “Paleo” yang berarti purba,
maka arti kata Paleozoikum adalah
merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso”
yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga
kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum,
kemudian Mesozoikum, dan kemudian
disusul dengan Kenozoikum.
Sebagaimana
diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali,
seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak
(track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas
bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai
Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan
purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari
skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri
dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal
atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum
kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria
dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan
mengandung fosil fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti
dinosaurus dan mamalia.
Tabel 1.1
Skala Waktu Geologi Relatif
KURUN
|
MASA
|
ZAMAN
|
KALA
|
F
A
N
E
R
O
Z
0
I
K
U
M
|
Kenozoikum
|
Kuarter
|
Holosen
Plistosen
|
Tersier
|
Pliosen
Miosen
Oligosen
Eosen
Paleosen
|
||
Mesozoikum
|
Kapur
|
Akhir
Awal
|
|
Jura
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
Trias
|
Akhir
Awal
|
||
Paleozoikum
|
Perm
|
Akhir
Awal
|
|
Karbon Atas
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
Karbon Bawah
|
Akhir
Awal
|
||
Devon
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
Silur
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
Ordovisium
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
Kambrium
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
PROTEROZOIKUM
|
Akhir
Tengah
Awal
|
||
ARKEAN
|
Akhir
Tengah
Awal
|
1.4.2 Skala
Waktu Absolut (Radiometrik)
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala waktu relatif didasarkan
atas kehidupan masa lalu (fosil). Bagaimana kita dapat menempatkan waktu absolut
(radiometrik) kedalam skala waktu relatif dan bagaimana pula para ahli geologi
dapat mengetahui bahwa:
1.
Bumi itu telah berumur sekitar 4,6
milyar tahun
2.
Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang diendapkan
kurang lebih 3,5 milyar tahun lalu.
3.
Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui bahwa
pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta tahun yang lalu.
4.
Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu.
Para ahli geologi
abad ke19 dan para paleontolog percaya bahwa umur Bumi cukup tua, dan mereka
menentukannya dengan cara penafsiran. Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan
atau milyaran tahun dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur
radioaktif. Saat ini kita dapat
menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat
dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu
batuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap unsur kimia
adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton
dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari suatu unsur
atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti atomnya.
Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton dan 21
neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19
proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41). Isotop radioaktif (the parent) dari satu
unsur kimia secara alamiah akan berubah menjadi isotop yang stabil (the
daughter) dari unsur kimia lainnya melalui pertukaran di dalam inti
atomnya.
Perubahan dari “Parent” ke “Daughter”
terjadi pada kecepatan yang konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life).
Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan
oleh suatu isotop radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui
proses peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu
paruh (half life) tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium
dengan ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan
dari sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat
dipakai untuk menentukan umur suatu batuan. Untuk menentukan umur geologi, ada
empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa dipakai dalam menentukan umur
batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar),
Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).
Penentuan umur dengan menggunakan isotop
radioaktif adalah pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian
kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat
kisaran kesalahan beberapa tahun hingga jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai
tingkat kesalahan 1 persen, sebagai contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta
tahun kemungkinan mempunyai tingkat kesalahan lebih kurang 1 juta tahun. Teknik
isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu mineral tertentu yang
terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur absolut terhadap skala waktu
geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara isotopik dan juga dapat
ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama
dari berbagai tempat harus dipelajari terlebih dahulu sebelum ditentukan umur absolutnya
terhadap skala waktu geologi.
Pada tabel 1-3 dibawah diperlihatkan isotop
isotop Parent dan Daughter sebagai turunannya yang umum dipakai untuk keperluan
penentuan umur batuan :
Tabel 1.3
Isotop Radioaktif Parent, Daughter dan Waktu Paruh
Isotop Parent
|
Hasil Peluruhan
(Daughter Product)
|
Nilai Waktu Paruh
|
Uranium-238
|
Lead-206
|
4.5 milyar tahun
|
Uranium-235
|
Lead-207
|
704 juta tahun
|
Thorium-232
|
Lead-208
|
14.0 milyar tahun
|
Rubidium-87
|
Strontium-87
|
48.8 milyar tahun
|
Potassium-40
|
Argon-40
|
1.25 milyar tahun
|
Samarium-147
|
Neodymium-143
|
106 milyar tahun
|
Tabel 1.2
Skala Waktu Geologi Relatif dan Umur Radiometrik
KURUN
|
MASA
|
ZAMAN
|
Juta Tahun
Yang Lalu
|
F
A
N
E
R
O
Z
0
I
K
U
M
|
Kenozoikum
|
Kuarter
|
1,6
66
138
205
240
290
330
360
410
435
500
570
|
Tersier
|
|||
Mesozoikum
|
Kapur
|
||
Jura
|
|||
Trias
|
|||
Paleozoikum
|
Perm
|
||
Karbon Atas
|
|||
Karbon Bawah
|
|||
Devon
|
|||
Silur
|
|||
Ordovisium
|
|||
Kambrium
|
|||
Protero-zoikum
|
Akhir
Tengah
Awal
|
2500
|
|
Arkean
|
Akhir
Tengah
Awal
|
3800
|
|
Pra- Arkean
|
Rumus matematis untuk penentuan umur
geologi dengan menggunakan unsur radioaktif adalah sebagai berikut:
t = 1/λ ln ( 1 + D/p)
dimana : t
= umur batuan atau contoh
mineral
D =
jumlah atom daughter hasil peluruhan saat ini
P = jumlah atom parent dari parent isotop saat ini
λ
= konstanta peluruhan
(Konstanta
peluruhan untuk setiap parent isotop adalah berelasi dengan waktu paruhnya, t ½
dengan persamaan sebagai berikut t
½ =
ln2/λ.)
Penanggalan batuan dengan menggunakan waktu
radioaktif secara teori sederhana, akan tetapi prosedur di laboratorium sangat
rumit. Jumlah isotop parent dan daughter pada setiap sampel di analisa dengan
berbagai metoda. Kesulitan yang utama terletak pada pengukuran / perhitungan
yang akurat untuk jumlah isotop yang yang sedikit / kecil.
Metoda Kalium/Argon (K/Ar) dapat dipakai
untuk batuan-batuan yang berumur relatif muda, yaitu beberapa ribu tahun.
Kalium didapat pada banyak mineral-mineral pembentuk batuan, waktu paruh dari
isotop radioaktif Kalium-40 adalah seperti
yang dapat diukur banyaknya atom Argon (daughter) yang terakumulasi
dalam mineral yang mengandung Kalium dari semua umur yang terdekat, serta
jumlah isotop Kalium dan Argon dapat diukur dengan akurat, walaupun dalam
jummlah yang sangat kecil. Apabila dimungkinkan, 2 atau lebih metoda analisis
digunakan untuk sampel yang sama untuk mengecek hasil penentuan umur batuannya.
Jam atom yang penting lainnya yang dipakai untuk keperluan penanggalan adalah atas
dasar peluruhan radioaktif dari isotop Carbon-14, dengan waktu paruhnya 5730
tahun.
Skala waktu
geologi merupakan hasil dari penelitian yang berlangsung cukup lama dan
merupakan hasil penentuan umur dengan berbagai macam teknik dating. Ketersedian
alat yang memadai akan memberikan informasi yang lebih rinci dan lebih detil
lagi. Banyak para ahli telah berkontribusi terhadap kerincian dari skala waktu
geologi yang ada ketika mereka mempelajari fosil dan batuan, serta sifat-sifat
kimia dan fisika material yang menyusun bumi. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli
geologi
dan ilmuwan lain untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang
terjadi sepanjang sejarah Bumi.
1.4.3 Umur
Bumi
Hingga saat ini para akhli ilmu kebumian
belum mendapatkan cara yang tepat untuk menentukan umur Bumi secara pasti hanya
dengan batuan yang ada di Bumi mengingat batuan tertua yang ada di Bumi telah
terdaur ulang dan hancur oleh proses tektonik lempeng serta belum pernah
ditemukan batuan-batuan yang terjadi saat pembentukan planet Bumi. Meskipun
demikian para akhli sudah mampu menentukan kemungkinan umur dari Sistem Tata Surya
dan menghitung umur Bumi dengan mengasumsikan bahwa Bumi dan benda-benda padat
yang ada di dalam Sistem Tata Surya terbentuk pada saat yang bersamaan dan sudah
pasti memiliki umur yang sama pula.
Umur dari batuan-batuan yang ada di Bumi
dan di Bulan serta Meteorit dapat dihitung dengan pemanfaatkan unsur-unsur
isotop radioaktif yang terjadi secara alamiah di dalam batuan dan mineral,
terutama yang mempunyai kisaran waktu paruh diatas 700 juta tahun atau lebih
dari 100 milyar tahun untuk menjadi unsur-unsur isotop yang stabil. Teknik
pelarikan ini dikenal dengan “penanggalan radioaktif’ yang dipakai untuk menghitung umur
batuan saat batuan tersebut terbentuk.
Batuan
tertua yang berumur 3.5 milyar tahun dijumpai tersebar hampir disemua benua
yang ada di Bumi. Batuan tertua tersebut antara lain dijumpai di Acasta
Gneisses di bagian Baratlaut Canada dekat Great Slave Lake berumur 4.03 milyar
tahun dan di Greenland bagian barat pada batuan Isua Supracrustal, berumur 3.4-3.5
milyar tahun. Hasil kajian dari penentuan umur batuan yang mendekati batuan
tertua juga dijumpai di Minnesota River Valley dan Michigan bagian utara,
berumur 3.5-3.7 milyar tahun, di Swaziland, berumur 3.4-3.5 milyar tahun dan di
Australia Barat berumur 3.4-3.6 milyar tahun. Batuan batuan tersebut diatas
telah diuji beberapa kali melalui metoda penanggalan radiometrik dan ternyata hasilnya
tetap/konsisten. Hal ini memberi kepercayaan kepada para akhli bahwa penentuan
umur yang dilakukan diyakini kebenarannya. Hal yang sangat menarik dari penentuan
umur pada batuan batuan tertua diatas adalah bahwa batuan-batuan tersebut tidak
berasal dari batuan kerak bumi akan tetapi berasal dari aliran lava dan batuan
sedimen yang diendapkan di lingkungan air dangkal, dan dari genesa batuan-batuan
tersebut mengindikasikan bahwa sejarah bumi sudah berjalan sebelum batuan
tersebut terbentuk atau diendapkan.
Di
Australia Barat, berdasarkan penanggalan radioaktif terhadap satu kristal
zircon yang dijumpai dalam batuan sedimen yang umurnya lebih muda telah menghasilkan
umur 4.3 milyar tahun yang menjadikan kristal ini sebagai material yang paling
tua yang pernah ditemukan dimuka bumi. Batuan induk dari kristal zircon ini hingga
saat ini belum ditemukan. Berdasarkan hasil penentuan umur dari batuan-batuan
tertua dan kristal tertua menunjukkan bahwa Bumi paling tidak berumur 4.3
milyar tahun, namun demikian penentuan umur terhadap batuan-batuan yang ada di
Bumi belum dapat untuk memastikan umur dari Bumi. Penentuan umur Bumi yang
paling baik adalah yang didasarkan atas ratio unsur Pb dalam Troilite pada batuan
Iron Meteorit yang diambil dari Canyon Diablo Meteorite menunjukkan umur 4.54
milyar tahun. Sebagai tambahan, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa hasil
penanggalan radioaktif U-Pb terhadap butiran-butiran mineral zircon yang
berasal dari batuan sedimen yang ada di Australia Barat bagian tengah diperoleh
umur 4.4 milyar tahun.
Hasil
penanggalan radiometrik batuan-batuan yang berasal dari bulan diperoleh umur
4.4 dan 4.5 milyar tahun dan umur ini merupakan umur minimal dari pembentukan
planet yang terdekat dengan Bumi. Ribuan fragmen meteorit yang jatuh ke Bumi
juga telah dikumpulkan dan menjadi batuan yang terbaik untuk penentuan umur
dari pembentukan Sistem Tata Surya. Lebih dari 70 meteorit dari berbagai jenis telah
ditentukan umurnya berdasarkan penanggalan radiometrik dan hasilnya menunjukkan
bahwa meteorit dan sistem tatasurya terbentuk 4.53 dan 4.58 milyar tahun yang
lalu. Penentuan umur bumi tidak saja datang dari penanggalan batuan saja akan
tetapi juga mempertimbangkan bahwa bumi dan meteorit sebagai bagian dari satu
sistem yang sama dimana komposisi isotop timah hitam (Pb), terutama Pb207
ke Pb206 berubah sepanjang waktu sebagai hasil dari peluruhan
Uranium-235 (U235) dan Uranium-238 (U238).
Para
akhli kebumian sudah memakai pendekatan ini dalam menentukan waktu yang dibutuhkan
oleh isotop isotop didalam bijih timah hitam (Pb) tertua yang ada di Bumi, yang
mana isotop isotop tersebut jumlahnya hanya sedikit, untuk berubah dari
komposisi asalnya, sebagai hasil mengukuran dari uranium fase bebas pada besi
meteorit (iron meteorites), terhadap komposisinya pada saat bijih timah hitam
tersebut terpisah dari selaput sumbernya. Hasil perhitungan ini dalam umur Bumi
dan Meteorit serta Sistem Tata Surya adalah 4.54 milyar tahun dengan tingkat
kesalahan kurang dari 1 persen. Untuk ketelitian, umur ini mewakili saat saat terakhir
dimana isotop Timah Hitam adalah homogen selama Sistem Tata Surya bagian dalam
dan saat dimana Timah Hitam dan Uranium menyatu menjadi padat dari Sistem Tata
Surya. Umur 4.54 milyar tahun yang diperoleh dari Sistem Tata Surya dan Bumi
adalah konsisten terhadap hasil perhitungan yang dilakukan sekarang untuk 11
sampai 13 milyar tahun umur Milky Way Galaxy (berdasarkan tahapan evolusi dari bintang
berkabut global / globular cluster stars) dan umur 10 sampai 15 milyar tahun
untuk umur Universal (berdasarkan atas penurunan dari jarak galaxy).
1.5 Konsep-konsep dan hukum-hukum dalam ilmu geologi
Untuk dapat memahami ilmu geologi,
pemahaman tentang konsep-konsep dan hukum-hukum dalam ilmu geologi sangatlah
penting dan merupakan dasar dalam mempelajari ilmu geologi. Adapun hukum dan konsep geologi yang menjadi acuan dalam
geologi antara lain adalah konsep tentang susunan, aturan dan hubungan antar
batuan dalam ruang dan waktu. Pengertian ruang dalam geologi adalah tempat
dimana batuan itu terbentuk sedangkan pengertian waktu adalah waktu pembentukan
batuan dalam skala waktu geologi. Konsep uniformitarianisme (James Hutton), hukum
superposisi (Steno), konsep keselarasan dan ketidakselarasan, konsep transgresi-regresi,
hukum potong memotong (cross cutting relationship) dan lainnya.
1. Doktrin Uniformitarianisme
James Hutton (1785) : Sejarah ilmu geologi sudah dimulai sejak abad ke
17 dan 18 dengan doktrin katastrofisme yang sangat populer. Para penganutnya
percaya bahwa bentuk permukaan bumi dan segala kehidupan diatasnya terbentuk
dan musnah dalam sesaat akibat suatu bencana (catastroph) yang besar. James
Hutton, bapak geologi modern, seorang ahli fisika Skotlandia, pada tahun 1795
menerbitkan bukunya yang berjudul “Theory of the Earth”, dimana ia mencetuskan
doktrinnya yang terkenal tentang Uniformitarianism.
Uniformitarianisme merupakan konsep dasar geologi modern.
Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang
berlangsung saat ini berlangsung juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan
bumi seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
Doktrin ini lebih terkenal sebagai “The present is the key to the past” dan sejak itulah
orang menyadari bahwa bumi selalu berubah. Dengan demikian jelaslah bahwa
geologi sangat erat hubungannya dengan waktu. Pada tahun 1785, Hutton
mengemukakan perbedaan yang jelas antara hal yang alami dan asal usul batuan
beku dan sedimen. James Hutton berhasil menyusun urutan intrusi yang
menjelaskan asal usul gunungapi. Dia memperkenalkan hukum superposisi yang
menyatakan bahwa pada tingkatan yang tidak rusak, lapisan paling dasar adalah
yang paling tua. Ahli paleontologi telah mulai menghubungkan fosil-fosil khusus
pada tingkat individu dan telah menemukan bentuk pasti yang dinamakan indek
fosil. Indek fosil telah digunakan secara khusus dalam mengidentifikasi horison
dan hubungan suatu tempat dengan tempat lainnya.
William Smith (1769-1839): Mengemukakan suatu
konsep yang diterapkan pada perulangan
lapisan-lapisan batuan sedimen yang ada di Inggris. Smith telah membuktikan bahwa
dalam perioda waktu yang sama akan terjadi perulangan lapisan batuan yang sama
dan setiap formasi pada lapisan batuan akan mempertlihatkan karakter yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, Smith mengajukan suatu konsep yang dikenal dengan
hukum suksesi fauna.
2. Hukum Superposisi (Nicholas Steno)
- Horizontalitas (Horizontality) : Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar cekungannya yang memang menyudut.
- Superposisi (Superposition) : Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
- Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) : Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan facies terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan biologi yang berbeda satu dengan lainnya.
3. Keselarasan
dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)
a) Keselarasan
(Conformity): adalah hubungan antara
satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang
kontinyu (menerus), tidak terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan.
Secara umum di lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan (strike/dip) yang
sama atau hampir sama, dan ditunjang di laboratorium oleh umur yang kontinyu.
|
|||
|
|||
|
|||
|
b) Ketidak
Selarasan (Unconformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis
batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus),
yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Dalam geologi dikenal 3
(tiga) jenis ketidak selarasan, yaitu (lihat gambar 1.3):
Gambar 1.3 Tiga jenis
bentuk ketidakselarasan dalam geologi: Angular unconformity, Disconformity, dan
Nonconformity
1) Disconformity adalah salah satu jenis
ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok batuan)
dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya) yang dibatasi oleh satu
rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi
pengendapan).
2) Angular
Unconformity (Ketidakselarasan Bersudut)
adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis
batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan
lainnya), memiliki hubungan/kontak yang membentuk sudut.
3) Nonconformity adalah salah satu jenis
ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok batuan)
dengan satu batuan beku atau metamorf.
Gambar 1.4 Foto
singkapan batuan-batuan yang memperlihatkan hubungan yang tidak selaras:
ketidakselarasan bersudut (Angular Unconformity)
|
4.
Genang laut
dan Susut laut (Transgresi dan
Regresi )
a). Transgresi (Genang
Laut). Transgresi dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju
penurunan dasar cekungan lebih cepat dibandingkan dengan pasokan sedimen
(sediment supply). Garis pantai maju ke arah daratan.
b). Regresi (Susut Laut).
Regresi dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan dasar
cekungan lebih lambat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply).
Garis pantai maju ke arah lautan.
5.
Hubungan
potong memotong (Cross-cutting
relationships)
Hubungan
petong-memotong (cross-cutting relationship) adalah hubungan kejadian antara
satu batuan yang dipotong/diterobos oleh batuan lainnya, dimana batuan yang
dipotong/diterobos terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan batuan yang
menerobos.
Pada gambar 1.6
terlihat urutan kejadian dan umur batuan adalah sebagai berikut: batuan yang
terbentuk/terendapkan pertama kali adalah Formasi (Fm) Lutgrad, selanjutnya berturut-turut
adalah Fm Birkland, Fm. Leet Junction.
Gambar 1.5 Hubungan potong memotong (crosscutting
relationships): Fm. Lutgrad, Fm. Birkland, dan Fm. Leet Junction diterobos oleh
intrusi Granit dan kemudian terbentuk Fm. Larsonton disertai intrusi Dike,
kemudian dilanjutkan dengan pengendapan Fm. Foster, Fm. Hamlinville, dan
Skinner Guich Limestone.
Ketiga formasi
batuan tersebut kemudian mengalami orogenesa disertai terbentuknya batuan
terobosan (Intrusi) Granit dan kemudian tererosi membentuk bidang ketidak
selarasan bersudut dan dilanjutkan dengan pengendapan Fm. Larsonton dan
aktivitas magma berupa Intrusi Dike, dilanjutkan dengan pembentukan Fm. Foster
City, Fm. Hamlinville, dan batuan termuda dan terakhir terbentuk adalah Skinner Guich Limestone.
Gambar 1.6 dan
gambar 1.7 adalah contoh lain dari hubungan batuan yang saling potong-memotong.
Pada gambar 1.6 merupakan intrusi berbentuk dike (warna hitam) yang memotong
batuan sampingnya (warna putih), sedangkan gambar 1.7 adalah intrusi berbentuk
gang/korok (warna coklat muda) yang menerobos batuan samping (warna abu-abu
kecoklatan). Hal yang sama berlaku juga pada gambar 1.8 antara batuan intrusi berbentuk
gang dengan batuan sampingnya.
Gambar 1.6 Fotocc
singkapan batuan intrusi dyke (warna gelap) memotong batuan samping (warna
terang). Intrusi dyke lebih muda terhadap batuan sampingnya.
Gambar 1.7 Foto
singkapan batuan intrusi korok (warna coklat muda) memotong batuan samping
(warna abu-abu kecoklatan). Intrusi gang lebih muda terhadap batuan
sampingnya.
Gambar
1.8 Foto singkapan batuan intrusi gang / korok (warna
coklat tua) memotong batuan granit (warna coklat terang). Intrusi korok lebih
muda terhadap batuan sampingnya.
RINGKASAN
Geologi
adalah suatu bidang ilmu
pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planit bumi
beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang
sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang
bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta
serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga
sekarang.
Geologi
Fisik adalah bagian ilmu geologi yang mengkhususkan mempelajari
sifat-sifat fisik dari bumi, seperti
susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi,
selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan
berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta
proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi
Matahari dan tarikan gayaberat bumi.
Geologi
Dinamis adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari dan membahas
tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan
perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang
dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma
yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya arus
konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan
pegunungan.
Skala Waktu Geologi adalah sistem penanggalan
bumi yang dipakai untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang
terjadi sepanjang sejarah Bumi. Sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon
(Masa) yang terbagi lagi menjadi Era (Kurun), dan Era dibagi menjadi Period
(Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala).
Terdapat 2 jenis pembagian Skala Waktu
Geologi, yaitu Skala Waktu Relatif dan Skala Waktu Nisbi (Radiometri):
·
Skala
Waktu Relatif adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas fosil-fosil
yang terdapat dalam batuan sepanjang sejarah bumi.
·
Skala
Waktu Nisbi (Radiometri) adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas
penentuan penanggalan isotop radioaktif pada mineral-mineral radioaktif yang terdapat
dalam batuan.
Konsep Uniformitarianisme adalah suatu konsep dasar dalam ilmu geologi modern yang mengacu
pada doktrin “The present is the key to the
past”. Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan
biologi yang berlangsung saat ini berlangsung juga pada masa lampau. Artinya,
gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk
permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung sejak
terbentuknya bumi.
Hukum Suoerposisi
:
1. Horizontalitas
(Horizontality): Kedudukan awal
pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi
cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar
cekungannya yang memang menyudut.
2. Superposisi
(Superposition): Dalam kondisi
normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi
paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan
dengan lapisan batuan diatasnya.
3. Kesinambungan
Lateral (Lateral Continuity):
Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya.
Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang
jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan
batuan tersebut berubah facies.
Keselarasan
dan Ketidakselarasan
1. Keselarasan
adalah hubungan antar perlapisan batuan yang kontinyu (menerus), tidak
terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan.
2. Ketidak-selarasan
adalah hubungan antar yang tidak menerus yang disebabkan oleh adanya rumpang
waktu pengendapan. Terdapat 3 (tiga) jenis ketidak-selarasan, yaitu ketidak
selarasan bersudut (angular), disconformity, dan non-conformity.
Transgresi
dan Regresi
1. Transgresi
(Genang Laut) dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju
penurunan dasar cekungan lebih cepat dibandingkan dengan pasokan sedimen
(sediment supply).
2. Regresi
(Susut Laut) dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan
dasar cekungan lebih lambat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment
supply).
Hubungan
Potong Memotong (Cross-cutting
Relationship) adalah hubungan kejadian antar batuan.
Urutan pembentukan batuan dapat ditentukan berdasarkan hubungan potong
memotong, dimana batuan yang dipotong (diterobos) terbentuk lebih dahulu dibandingkan
dengan batuan yang menerobosnya.
|
PERTANYAAN
ULANGAN
Hukum Superposisi
Keselarasan dan
Ketidakselarasan
Transgresi dan
Regresi
Hubungan potong-memotong
(crosscutting relationship)
|
Caesars welcomes new sports betting partner to the - DrmCD
BalasHapusCaesars Entertainment Inc. and Caesars 서울특별 출장마사지 Interactive, Inc. (“Caesars”) will offer more 광주광역 출장샵 than 광주광역 출장마사지 150 경상남도 출장마사지 online sports betting licenses 의정부 출장마사지 as part of an